Disusun Oleh :
KHAIRUL AZIZ
NIM : 59461168
Kelompok : IV
Tarbiyah / Ipa-Bio. A / Semester 4
LABORATORIUM BIOLOGI
JURUSAN
BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2011
BURUNG MERPATI (Columba
domestica)
I.
TUJUAN
Mengamati anatomi, morfologi
dan taksonomi dari Burung Merpati (Columba
domestica).
II.
DASAR TEORI
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Klas : Aves
Ordo :
Columbiformes
Famili : Columbidae
Genus : Columba
Spesies : Columba dometica
Anatomi
Seluruh
burung yang dapat terbang dilengkapi dengan tulang dada yang sangat kuat
(sternum) yang memiliki lempengan datar yang lebar, yang disebut lunas, sebagai
sambungan otot-otot terbang. Karena burung dirancang untuk tujuan terbang,
tulang-tulang mereka berongga dan terbungkus otot-otot. Otot-otot yang
membungkus tulang ini mendukung penerbangan yang menghasilkan keringanan luar
biasa tanpa mengorbankan kekuatan. Tulang-tulang berongga ini menjadi ide utama
dalam rancangan sayap pesawat terbang. Kerangka tulang burung lebih ringan
daripada rangka hewan menyusui. Sebagai contoh, kerangka seekor merpati
beratnya hanya 4,4% dari keseluruhan berat tubuhnya. Tulang burung sangat
ringan namun kuat, terutama karena memiliki rongga-rongga yang memperkuat
tulang tersebut. Bagian rangka yang disebut lempeng dada terdiri dari penyokong
tulang sayap yang kokoh, dan meliputi tulang dada dan tulang garpu yang khas
pada burung. Tulang yang menopang sayap ini sangat kuat dan bergabung bersama.
Bulu ujung sayap menempel ke tulang-tulang “tangan” gabungan ini. Korset
panggul menyambung bagian bawah maupun belakang untuk memungkinkan otot-otot
kaki bekerja lebih tepat. Tulang dada burung tidak lentur untuk melindungi
tubuh ketika sayap dilipat, jika dibanding makhluk lain. Ini berarti, volume
tulang rusuk tidak berubah selama terbang, menghirup, atau mengeluarkan nafas.
Sayap tertarik ke bawah oleh otot yang mengerut. Ketika sayap diangkat dan otot
dada kecil (supracoracoideus) mengerut, otot dada besar (pectoralis major)
mengendur. Ketika otot dada besar dikerutkan dan otot dada kecil dikendurkan,
sayap turun.
Kelenjar Pencernaan
Selain hati yang mempunyai 2 saluran (ducti hepaticus) masing-masing bermuara duodenum bagian proximal
dan distal terdapat juga pancreas yang terletak pada lekukan dari duodenum yang
berbentuk huruf U. Dengan ducti pancreatic (lebih dari satu) yang bermuara pada
duodenum. Burung merpati tidak mempunyai kantung empedu (vesica felea).
Bulu
Berdasarkan letaknya bulu-bulu pada burung merpati
dibagi menjadi:
1. Remiges, terdapat
pada sayap berupa bulu-bulu besar yang esimetris bagian vexicilum (bendera
bulu) yang sempit menutupi bagian vexilum yang lebar dari remiges disebelahnya.
2. Rectrices, terdapat
pada ekor berupa bulu besar yang simetris berperan sebagai kemudi pada waktu
terbang.
3. Tectrices, terdapat
menutupi saluran tubuh dan ukurannya lebih kecil berdasarkan bentuknya maka bulu-bulu
tersebut dapat dibagi menjadi:
·
Plumae, termasuk pada bulu sayap ekor dan tubuh
bulu ini dibangun oleh bagian-bagian sebagai berikut:
Calamus, merupakan tangkai bulu yang berongga di dalamnya
pada ujung atas, terdapat embicus superior dan ujung bawahnya terdapat umbicus
inferior.
Rachis, sebagai lanjutan bagian distal dari calamus berupa
batang yang pepat dan beralur dipermukaannya yaitu bekas tempat lalunya
pembuluh darah pada masa bulu masih dalam pertumbuhan.
Rami, merupakan pencabangan dari rachis yang akan
membentuk bendera bulu (vexillum).
Radii, merupakan cabang halus dari rami yang mempunyai
kait-kait yang disebut Radioli untuk berkaitan sehingga seluruh bagian rami
radii dan radioli ini akan membentuk vexillium.
·
Plumalae, merupakan bulu yang lebih kecil dari
plumae mempunyai calamus yang pendek vexillumnya tidak kukuh karena tidak ada
radioli.
·
Filoplumae, disebut juga bulu rambut karena
bentuknya seperti rambut yang hanya dibangun oleh calamus dan rami.
Kepala
Berikut organ yang terdapat pada kepala burung
merpati:
·
Paruh, merupakan struktur yang dibangun oleh
tanduk.
·
Nares extema (lubang hidung luar), terdapat
sepasang terletak pada pangkal paruh dibelakang lubang ini terdapat satu
penebalan kulit yang disebut coreme yang
dapat membuka dan menutupi lubang hidung.
·
Mata, mempunyai kelopak mata atas dan bawah yang
dapat menutup dan membuka.
·
Membrana nictitans, merupakan selaput transparan
di sudut muka dari mata dapat bergerak dari muka ke belakang dan sebaliknya.
·
Lubang telinga luar, terletak dibawah mata agak ke
dorsal, ditutupi dengan bulu-bulu halus.
Sistem Urogenital
Terdiri dari system urinaria dan system genitalia,
baik hewan jantan maupun betinanya dibangun oleh organ-organ berikut:
·
Ginjal terdiri dari tiga lobi yang tersusun memanjang.
·
Ureter berupa pembuluh halus yang tampak keluar
dari antara lobi pertama dan kedua bermuara pada kloaka.
Sistem genitalia jantan dibangun oleh:
·
Testis, terdapat sepasang terletak ventro lateral
dari ginjal.
·
Ductus differens, merupakan saluran sperma ke
kloaka.
Sistem genitalia jantan dibangun oleh:
·
Ovarium, hanya terdapat yang sebelah kiri saja,
dipegang oleh selaput mesovarium.
·
Osteum tulia berupa corong, berfungsi menerima sel
telur yang telah diovulasikan.
·
Oviduct, lanjutan dari osteum tuba merupakan
saluran telur yang bermuara pada kloaka.
·
Dinding mengandung kelenjar-kelenjar yang dapat
menggetahkan albumen, selaput telur dan garam-garam kapur sebagai bahan
cangkang telur.
·
Bursa fibrisi berupa struktur seperti lemak,
terletak pada rongga abdomen dekat kloaka terdapat baik pada burung jantan
maupun burung betina, fungsinya belum diketahui.
Sistem peredaran darah
Jantung merpati telah terbagi menjadi empat ruang
dengan sempurna, yaitu dua atrium dan dua ventrikal. Atrium berbanding tipis dan
berwarna merah tua sedangkan ventrikel berbanding tebal dan berwarna merah
muda.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat : Bak
preparat, gunting, cutter, pinset, penggaris, alat tulis, kertas gambar, tissue/lap,
cairan chloroform (untuk pembiusan), jarum pentul.
Bahan : Preparat hewan hidup.
IV. CARA KERJA
1. Menyiapkan
semua peralatan yang akan digunakan.
2. Melakukan
pembiusan pada hewan yang akan diamati.
3. Mengamati
bagian-bagian morfologi tubuhnya, melakukan pengukuran panjang bagian-bagian
tubuhnya dari bagian anterior sampai posterior, kemudian menggambarnya.
4. Melakukan
pembedahan terhadap preparat hewan hidup dan mengamati bagian-bagian anatominya
dan menggambarnya.
5. Membuat
laporan sementara setelah selesai mengamati.
6. Merapihkan
dan membersihkan meja kerja setelah selesai melakukan praktikum.
V.
HASIL
PENGAMATAN dan PEMBAHASAN
Data
pengukuran Burung Merpati :
No
|
Pengukuran
|
Merpati
|
1
|
Panjang seluruh tubuh
|
32 cm
|
2
|
Lebar seluruh tubuh
|
11 cm
|
3
|
Panjang kepala
|
5 cm
|
4
|
Lebar kepala
|
2 cm
|
5
|
Panjang badan
|
12 cm
|
6
|
Lebar badan
|
6.5 cm
|
7
|
Panjang sayap
|
12 cm
|
8
|
Lebar sayap
|
9 cm
|
9
|
Diameter mata
|
0.5 cm
|
Data lainnya tentang merpati yang diamati pada saat
praktikum:
·
Paruh bertipe pemakan biji-bijian
·
Mulut: lidah runcing, palafu
(langit-langit sekunder)
·
Jari-jari, 4 dengan kuku
·
Cerome: 2 cerome kanan kiri
·
Palvebra, 2 palvebra yang bisa
mebuka dan menutup
·
Membran nictitans: ada
·
Bulu-bulu: pulmae
·
Organ dalam
Struktur bulu pada burung merpati dan anatomi burung merpati. |
Morfologi burung merpati |
Pada praktikum yang keempat ini
kami melakukan praktikum dengan preparat burung merpati atau dalam bahasa
ilmiahnya Columbus domestica. Merpati
merupakan spesies yang masuk ke dalam kelas Aves. Ordonya Columbiformes dan
familinya Columbidae. Ordo burung
Columbiformes mencakup dara dan
merpati yang tersebar luas di seluruh penjuru dunia dan diklasifikasikan ke
dalam famili Columbidae, dan Dodo & Solitaire Rodrigues yang telah punah
dan telah lama diklasifikasikan ke dalam famili kedua, Raphidae. Spesies
yang ditemukan di seluruh dunia termasuk ke dalam ordo Columbiformes. Seperti
banyak burung lainnya, seluruh Columbiformes adalah monogamus. Namun, tidak seperti kebanyakan burung lainnya, mereka
mampu minum dengan menghisap air tanpa memiringkan kepala ke belakang.
Pada praktikum kali ini seperti
biasa kami melakukan pengukuran terlebih dahulu terhadap seluruh anggota tubuh merpati,
dari panjang seluruh tubuh hingga diameter mata. Hasilnya pun dapat dilihat
pada tabel di atas.
Kemudian kami mengamati data lainnya
seperti paruh, mulut, jari-jari, cerome hingga organ dalamnnya.
Paruh merupakan peranti mutakhir yang dihasilkan oleh teknologi evolusi.
Boleh dibilang, paruh merupakan salah satu kunci keberhasilan kelas aves,
disamping bulu tentunya, dalam menjalani “reality show” di alam liar yang oleh
Charles Darwin disebut ‘survival of the fittest’. Dengan paruh, bangsa burung
menjalani tantangan kehidupan dan menghindari ancaman tereliminasi dari planet
bumi.
Tanpa harus berdebat panjang soal mana yang lebih dulu, ayam atau telur,
pada suatu saat, setiap burung pasti harus keluar dari telurnya. Alam telah
menyediakan ‘gigi sementara’ bagi bayi burung untuk memecah lapisan telur. Saat
menetas, anakan burung maleo harus mengalami pengalaman hidup penuh petualangan
sebelum dia keluar dari cangkang telur, menerobos lapisan tanah yang mengubur
telur dan menghirup udara segar. Burung yang kelelahan tersebut telah belajar
salah satu dari banyak kegunaan piranti utamanya.
paruh yang pendek dan tipis untuk pemakan serangga, pendek dan tebal
untuk pemakan biji, panjang dan ramping untuk menyesap nektar maupun menyaring
lumpur.
Sementara pada jari-jari, merpati mempunyai empat jari-jari di setiap
kakinya, tiga kaki berada di depan dan yang satunya berada di belakang.
Jari-jari burung ada yang kelihatan kuat maupun lemah, namun memiliki
keistimewaan tersendiri bagi pemiliknya. Seperti pada burung merpati ini,
jari-jarinya digunakan untuk mencari makan dan bertengger.
Sedangkan pada bulunya merpati mempunyai tipe bulu pluame, atau bulu yang
sempurna.
Susunan plumae
terdiri dari :
·
Shaft (tangkai), yaitu poros utama bulu.
·
Calamus, yaitu tangkai pangkal bulu.
·
Rachis, yaitu lanjutan
calamus yang merupakan sumbu bulu yang tidak berongga di dalamnya. Rachis
dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan.
·
Vexillum, yaitu bendera
yang tersusun atas barbae yang merupakan cabang-cabang lateral dari rachis.
Gambar Struktur Bulu Burung
|
Lubang pada pangkal calamus disebut umbilicus inferior, sedangkan lubang
pada ujung calamus disebut umbilicus superior. Bulu burung pada saat menetas
disebut neossoptile, sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile.
Sistem
Pencernaan
Pada mulut terdapat paruh yang sangat kuat dan
berfungsi untuk mengambil makanan.Makanan yang diambil oleh paruh
kemudian masuk kedalam rongga mulut lalu menuju
kerongkongan.Bagian bawah kerongkongan membesar berupa kantong yang disebut
tembolok.Kemudian masuk ke lambungkelenjar. Disebut lambung kelenjar karena
dindingnya mengandung kelenjar yang menghasilkan getah lambung yang berfungsi untuk
mencerna makan secara kimiawi. Kemudian makan masuk menuju lambung
pengunyah.Disebut lambung pengunyah karena dindingnya mengandung otot-otot
kuat yang berguna untuk
menghancurkan makanan. Didalam hati,empedal sering terdapat batu kecil atau pasir untuk membantu mencerna makanan secara mekanis.
menghancurkan makanan. Didalam hati,empedal sering terdapat batu kecil atau pasir untuk membantu mencerna makanan secara mekanis.
Kemudian, makanan masuk menuju usus halus.Enzim
yang dihasilkan oleh pankreas dan empedu dialirkan kedalam usus
halus.Hasil pencernaan berupa sari- sari makanan diserap oleh kapiler darah pada
dinding usus halus. Burung mempunyai dua usus buntu yang terletak antara lambung
dan usus.Usus buntu berguna untuk memperluas daerah penyerapan sari makanan.
Sisa makanan didorong ke usus besar kemudian
kedalam poros usus
(rektum) dan akhirnya dikeluarkan melalui kloaka. Sistematis pencernaan makanan pada burung :
(rektum) dan akhirnya dikeluarkan melalui kloaka. Sistematis pencernaan makanan pada burung :
Mulut / paruh → Kerongkongan → Tembolok → Lambung
kelenjar → Lambung pengunyah → Hati → Pankreas → Usus halus →
Usus besar → Usus buntu → Poros usus (rectum) → Kloaka.
Sistem
Pernapasan
Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan
hanya terjadi di paru-paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak
dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk. Jalur pernapasan pada burung berawal di lubang hidung.
Pada tempat ini, udara masuk kemudian diteruskan pada celah tekak yang terdapat
pada dasar faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya panjang berupa pipa
bertulang rawan yang berbentuk cincin, dan bagian akhir trakea bercabang
menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Dalam bronkus pada
pangkal trakea terdapat sirink yang pada bagian dalamnya terdapat
lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu
menimbulkan suara. Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus yang merupakan
bronkus sekunder dan dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian ventral)
dan dorsobronkus ( di bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan
dorsobronkus, oleh banyak parabronkus (100 atau lebih). Parabronkus berupa tabung tabung kecil. Di parabronkus
bermuara banyak kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi. Selain
paru-paru, burung memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau pundi-pundi hawa
(sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap.
Pundi-pundi hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis. Di
pundi-pundi hawa tidak terjadi difusi gas pernapasan; pundi-pundi hawa hanya
berfungsi sebagai penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena
adanya pundi-pundi hawa maka pernapasan pada burung menjadi efisien.
Pundi-pundi hawa terdapat di pangkal leher (servikal), ruang dada bagian depan
(toraks anterior), antara tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian
belakang (toraks posterior), dan di rongga perut (kantong udara abdominal).
Masuknya udara yang kaya oksigen ke paru-paru
(inspirasi) disebabkan adanya kontraksi otot antartulang rusuk (interkostal)
sehingga tulang rusuk bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke bawah. Atau dengan
kata lain, burung mengisap udara dengan cara memperbesar rongga dadanya
sehingga tekanan udara di dalam rongga dada menjadi kecil yang mengakibatkan
masuknya udara luar. Udara luar yang masuk sebagian kecil tinggal di paru-paru
dan sebagian besar akan diteruskan ke pundi- pundi hawa sebagai cadangan udara.
Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat udara (OZ) di paruparu berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak atau diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru yang kaya karbon dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari kantung hawa masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun inspirasi.
Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat udara (OZ) di paruparu berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak atau diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru yang kaya karbon dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari kantung hawa masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun inspirasi.
Kecepatan respirasi pada berbagai hewan berbeda
bergantung dari berbagai hal, antara lain, aktifitas, kesehatan, dan bobot
tubuh.
Berikut adalah gambar system pernapasan pada
burung :
Gambar sistem pernapasan burung |