Kamis, 11 Oktober 2012

Sperma Sintetik




HARAPAN BARU PENDERITA INFERTILITAS

Menurut WHO, pasangan dikatakan infertile jika, setelah dua tahun melakukan hubungan intim secara teratur, tanpa kontrasepsi, tidak terjadi kehamilan (kecuali pada kondisi ibu menyusui atau monopouse). Secara medis, infertilisasi dibagi dua yaitu infertilisasi primer dan sekunder, dikatakan infertilisasi primer jika pasangan sudah lama menikah teteapi belum dikaruniai anak, sedangkan infertilisasi sekunder adalah kegagalan untuk hamil setelah kehamilan sebelumnya.
Diperkirakan satu dari enam pasangan mengalami kesulitan untuk mendapatkan anak. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), di Amerika sekitar 10% wanita berusia 15-44 tahun mengalami kesulitan mendapatkan anak atau mengalami kehamilan kembali setelah kehamilan sebelumnya. Di Indonesia, terdapat sekitar 12-15% pasangan usia produktif mengalami masalah ini.
Infertilisasi dapat terjadi pada pria, wanita dan pasangan, sekitar sepertiga kasus infertilisasi terrjadi pada pria. Lebih dari 90% penyebab infertilisasi pada pria disebabkan oleh jumlah sperma sedikit, kualitas sperma tidak baik atau keduanya.
Kemajuan ilmu dan teknologi, memberikan harapan baru baru bagi pasangan yang ingin segera menimang buah hati. Salah satu terobosan yang fenomenal adalah penelitian tentang sperma sintetis. Tim peneliti dari Yokohama City University Graduate School of Medicine didukung oleh Japanese Ministry of Education, Cultre, Sport, Science and Technology, and the Yokohama Foundation for the Advancement of Medical Science (Wadhaf News from the Guardian, 2011), pertama-tama mereka mengambil jaringan testicular (diameter jaringan 1-3 mm) yaitu jaringan yang tersusun atas banyak sel penghasil testes dari mencit. Mencit yang digunakan dalam penelitian ini merupakan mencit hasil rekayasa genetic (transgenic). Mencit membawa gen GFP yang dapat berpendar untuk memantau perkembangan jaringan dan jumlah sel sperma yang dihasilkan. Jaringan tersebut selanjutnya ditumbuhkan pada media yang mengandung nutrisi khusus. Setiap 3-7 hari dilakukan pengambilan sampel dan diamati di bawah mikroskop.
Setelah sel sperma berusia 42 hari, peneliti menyuntikkannya ke dalam sel-sel telur menggunakan teknik intracytoplasmic sperm injection (ICSI), metode ini mirip dengan in vitro fertilization (IVF) atau pembuahan in vitro (bayi tabung) pada manusia. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dari 35 sel telur yang diinjeksi, terjadi proses pembuahan dan di hasilkan 10 zigot (sel hasil pembuahan).
Zigot menuju ke uterus dan menempel di dinding uterus untuk tmbuh dan berkembang, setelah melalui proses panjang, dihasilkan 5 ekor mencit (jantan 2 ekor dan betina 3 ekor). Di samping itu para peneliti juga mencoba menumbuhkan jaringan testicular yang telah dibekuka, hasilnya sangat menjajikan karena meskipun sudah dibekukan dengan perlakuan khusus, jaringan tersebut masih mampu menghasilkan sel sperma fertile. Para peneliti mengklaim bahwa metode ini dapat diaplikasian pada manusia, sehingga memberikan harapan baru bagi pria infertile untuk mendapatkan keturunan.
Penulis: Sahabat Mahasiswa ITB, Ana Indrayani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar